Rabu, 15 April 2015

KELOMPOK SOSIAL



A.    Pengertian Kelompok Sosial
Ada beberapa pengertian kelompok sosial menurut para ahli, antara lain:
1.      Menurut Paul B Horton dan Chester L Hunt
kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannnya dan saling berinteraksi.
2.      Soerjono Soekanto
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.
3.      Hendropuspito
Kelompok sosial sebagai suatu kumpulan nyata, teratur dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan peranan-peranannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.
4.      Merton
Kelompok sosial adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan.
5.      Johnson
Kelompok sosial adalah dua atau lebih orang yang saling berinteraksi dengan cara-cara yang terpola, dan dikenali sebagai sebuah kelompok oleh mereka sendiri dan oleh orang lain.
6.      Muzafer Sherif
Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdidri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial adalah sekumpulan menusia yang memiliki kesamaan ciri dan memiliki pola interaksi yang terorganisir secara berulang-ulang, serta memiliki kesadaran kebersamaan akan keanggotaannya.

B.     Klasifikasi Kelompok Sosial
Ada beberapa macam cara untuk mengadakan penggolongan-pengolongan atau klasifikasi kelompok sosial.
1.      William D.Summer mengemukakan adanya in-grup atau we-grup dan out-grup atau others grup atau everybodey else. Didalam in-grup ada asosisasi ke arah mana tiap individu anggota kelompok kesetiaan dan solidaritas dan disitulah terdapat usaha identifikasi pribadi satu sama lain ke arah adanya rasa persahabatan, bekerjasama, rasa tanggung jawab terutama dalam keadaan mendesak dan gawat. Dalam in-grup tiap individu mempunyai pola tingkah laku bertindak berpikir seragam. Secara teknis dapat dikatakan bahwa dalam individu terdapat “we feeling”. Hal ini terbukti pada ucapan-ucapan “we do this” atau “we belief” dan sebagainya. Disini timbullah rasa kekamian. Dan sebaliknya pada out-group disitu terdapatlah pola tingkah laku “their-feeling”. Implikasi dalam percaturan  interaksi sosial hal ini terjadi dalam hubungan antara in-group yang satu dengan in-group. Individu-individu in-group yang satu memandang individu-individu in-group yang lain dengan tendense persaingan dan kebencian, misalnya adanya percakapan, “ach, itukan kepunyaan mereka, sedangkan ini kami punya”, “kami harus bertindak agar mereka mati”.
Di dalam percaturan hubungan politis, adanya golongan-golongan itu adalah merupakan gejala tingkah laku in group dalam satu golongan dan out group kepada golongan lainnya, adanya Blok Barat dan Blok Timur dengan satelit-satelit juga merupakan in group tetapi relasi anara Blok Barat terhadap Blok Timur menimbulkan out group.
2.      Cooley
Cooley mempergunakan dasar “we and the group” dari summer yang mengemukakan adanya jenis-jenis kelompok sosial primair, sekundair, dan tertier atas dasar intimitas perasaan individu-individu terhadap individu-individu atau kelompok lainnya.
a.       Kelompok primair atau the primary group, adalah suatu kelompok yang mempunyai rasa ikatan yang terkuat dalam relasi intra group. Disini terdapatlah kontrol ide the strongest bonds of intra group relations. Lebih jauh Cooley menegaskan sebagai berikut: adanya intimate hubungan langsung antara individu-individu dalam kelompok, adaya intimitas kerjasama dalam kelompok, dan terutama timbulnya sosialitas manusia dan ide nya, maka terjadilah fusi individualitasa dalam keseluruhan, sehingga pribadi individu adalah pribadi kelompok. Didalam kelompok primair itu rasa kekamian adalah ekspresi yang fundamental dan natural. Contoh studi dalam kelompok primair ini adalah keluarga, di situ di dalam keluarga terdapatlah persatuan dan kesatuan, terdapatlah unitas di dalam totalitas relasi yang membentuk kesatuan dalam pikiran  dan tindakan. Tiap-tiap kemauan menimbulkan rasa responsibilitas dan menjadi dasar kooperasi dalam melaksanakan segala tugas dalam keluarga.
b.      Kelompok sekundair atau Secundary Group
Pada kelompok sekundair terdapat hubungan-hubungan yang kausalitas, artinya ada sebab-sebab tertentu yang menyebabkan terentuknya kelompok sekundair, misalnya adanya ikatan interst. Walaupun faktor hubungan face to face ada toh tidak intim dengan kelompok primer sebab pada kelompok sekunder jumlah anggota lebih besar daripada kelompok primer. Hubungan-hubungan sosial pada kelompok sekunder ini biasanya mempunyai bentuk organisasi yang tegas, mempunyai peraturan-peraturan organisasi yang tegas, misalnya adanya status organisasi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, tugas dan kewajiban, serta hak para anggota diatur oleh peraturan-peraturan yang tegas dan mempunyai pimpinan yang teroganisir. Contoh dari kelompok sekunder ini adalah club-club sosial, asosiasi profesional, lembaga-lembaga agama, partai politik, organisasi masa, organisasi karya, kesatuan-kesatuan buruh, dan sebagainya. Sifat permanen dari kelompok sekunder mengambil bentuk institusional.
c.       Kelompok tersier atau Tertiery Group
Pada kelompok tertier ini mempunyai kelompok sementara atau insidental. Misalnya orang-orang yang bersama naik bis, kereta api, nonton film, sepak bola, dan sebagainya. Mungkin mereka sempat berkenalan satu sama lain tetapi kesempatan berhubungan hanya pada saat itu, atau pun karena mempunyai interst yang sama dan kuat dapat pula membentuk kelompok-kelompok yang lebih permanen. Di dalam kelompok tertier ini tidak ada aturan-aturan yang mengatur hubungan sosial diantara individunya, sebab apabila sesuatu interst telah terpenuhi, maka mereka akan bubar, misalnya selesai menonton sepak bola mereka bubar menuju ke tujuannya masing-masing. Kelompok tertier disebut juga marginal.

3.      John. L. Gillin
John. L. Gillin membentuk kelompok atas dasar fungsionalnya sebai berikut:
a.       Kelompok persamaan darah (blood group), misalnya keluarga, clan, kasta.
b.      Kelompok berdasarkan karakteristik jasmaniyah atau mental, sama jenis seksnya, sama umur, dan sama rasnya.
c.       Kelompok proximitas: crowds, mobs, communitu, kelompok-kelompok teritoral.
d.      Kelompok berdasarkan interest kulturil: congenialitas, ekonomi, teknologi, agama, asthetik, intelektuil, pendidikan, politik, rekreasi, dan sebagainya.
4.      Alverdes
Alverdes menyelidiki pada kelompok-kelompok hewan (e. G semut) terdapatlah kelompok tertutup dan kelompok terbuka. Pada kelompok tertutup mempunyai ikatan-ikatan hubungan yang kuat, sedangkan pada kelompok terbuka individu-individu dengan mudah dapat keluar dan masuk kelompok.
5.      Theori Medan
Theori medan membagi kelompok-kelompok itu atas struktur medannya.
a.       Kelompok dengan struktur medan yang kuat, dimana setiap individu anggota kelompok merasa mempunyai medan sosial yang kuat dan permanen. Misalnya keluarga, partai politik, dan sebaginya.
b.      Kelompok permiabel, pada kelompok-kelompok tertier menurut Cooley. Pada kelompok permiabel batas medannya tipis sehingga mudah bagi anggota kelompok untuk keluar atau masuk dalam kelompok. Sebaliknya pada kelompok dengan medan kuat, cara-cara masuk dan keluar dari kelompok ditentukan dengan syarat-syarat tertentu.
C.     Relasi-relasi Intergrup
Organisasi sosial dan status individu dalam idenifikasinya dalam kelompok ditentukan oleh kasta dan kelas. Hal tersebut menentukan relasi-relasi dalam kelompok, yaitu relasi dalam kasta dan dalam kelas. Selain itu, cara memahami relasi inter group atau hubungan inter kelompok yaitu dengan cara apa yang dinamakan dengan jarak sosial dan ethnosentrisme. Jarak sosial ada dua macam, yaitu jarak sosial vertikal dan jarak sosial horizontal.
1.      Jarak sosial vertikal, adanya rasa perbedaan antara individu dan kelompok yang didasarkan atas status. Di dalam sistem kasta status  diformulasikan dengan tegas, demikian juga dalam bidang militer, sedangkan yang masih terdapat rasa perbedaan status misalnya hubungan buruh dan majikan pada industri-industri dan perusahaan-perusahaan, adanya kelas-kelas dalam persekolahan, dan sebagainya.
2.      Jarak sosial horizontal, didasarkan atas sikap intimitas atau taraf rasa kekamian, rasa pekat atau rasa erat keanggotaan kelompok. Jarak sosial horizontal terdapat pada pribadi seseorang atau bersifat sosial. Luas jarak sosial horizontal yaitu sikap individu kepada individu, atau kelompok lain dan hal ini selalu berubah.
Adanya jarak sosial disebabkan oleh pertimbangan dan keputusan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan tradisionil dan prasangka.
Ethnosentrisme menganggap bahwa kelompok atau masyarakat atau ras yang satu lebih tinggi dari pada kelompok, masyarakat, dan ras yang lain. Bentuk lain dari pada ethnosentrisme yang lebih lunak ialah chauvinisme. Dalam perkembangan konseptualnya dipakai kata-kata: “orang terpilih”, “raja yang suci”, “darah yang murni” adalah istilah-istilah yang menunjukkan extrimitas ethnosentrisme.
D.    Fungsi Kelompok Sosial
Fungsi daripada kelompok sosial bersifat individual dan sosial. Fungsi individual adalah dimana dalam taraf-taraf tertentu memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu. Individu-individu melalui kelompok dapat memiliki pengetahuan yang esensial, kecakapan, sikap yang sesuai dengan pengalaman pendewasaannya dalam kelompok yang lebih luas. Fungsi sosial yaitu menganalisi tempat dan peranan kelompok dalam kehidupan manusia. Folkways merupakan fenomena masa, berlangsung terus, berubah, dikatakan sebagai unsur pola sosial yang bersifat “super organis”, dan kemudian dibidang psikologi sosial disebut “group mind”. Folkways sifatnya spontan dan tidak dikoordinasikan serta tidak rasional. Misalnya, pada bangsa Indonesia suku Jawa melarang anak-anak duduk didepan pintu diwaktu senja.
E.     Dinamika Kelompok Sosial
Perubahan pada tingkah laku kelompok yang dimanifestasikan dalam folkways pada hakikatnya yang menjadi dinamika kelompok sosial. Perubahan-perubahan didalam pola tingkah laku masyarakat tidak selalu berjalan lancar, tetapi seringkali terdapat hambatan-hambatan. Kelompok selalu tunduk pada dua tipe kekuatan yang berlawanan. Pertama ialah kekuatan atau sentripetal yang berusaha pada kelangsungan kelompok, dan menentang perubahan. Kekuatan sentripetal ini lebih didominasi oleh golongan yang lebih tua. Kekuatan sentripetal ini, membatasi hubungan dengan kelompok lain diluarnya. Kedua, kekuatan sentripugal yang bermaksud merusak kesatuan dalam, we-feeling dan menghasilkan perubahan atau pelepasan anggota.
Kelompok dapat menyikat anggota-anggotanya bila individu-individu dalam kelompok merasa terpenuhi tujuannya dan sebaliknya kelompok akan kehilangan anggotanya bila individu-individu tak puas terhadap usaha-usaah kelompok yang gagal atau berlarut-larut.

F.      Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial pertama-tama dalam lingkungan keluarga. Adanya interaksi antar keluarga yang satu dengan yang lain menyebabkan seorang anak menyadari bahwa dirinya berfungsi sebagai individu dan makhluk sosial. Sebagai individu dia harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya demi kelangsungan hidupnya di dunia ini. Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak itu dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
1.      Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak, misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup menyebabkan lingkungan materiil yang dihadapi oleh anak didalam keluarga lebih luas, sehingga ia dapat kesempatan yang lebih luas didalam mengenal macam-macam kecakapan, yang mana kecakapan tersebut tidak mungkin dikembangkan apabila tidak ada alatnya.
2.      Faktor keutuhan keluarga
Yang dimaksud dengan faktor keutuhan keluarga itu terutama ditekankan pada strukturnya yaitu keluarga yang masih lengkap, ada ayah, ibu, dan anak. Disamping keutuhan keluarga yang berbentuk struktur-struktur tersebut yang diperlukan pula ialah keutuhan interaksi hubungan antara anggota satu dengan anggota keluarga yang lain.
3.      Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua
Sikap dan kebiasaan-kebiassan orang tua akan menjadi sikap dan kebiasaan yang dimiliki anak. Misalnya orang tua yang selalu bersikap otoriter yaitu memaksakan kehendak kepada anak mereka, maka anak akan berkembang manjadi manusia pasif, tak berinisiatif, kurang percaya pada diri sendiri, bersifat ragu-ragu, dan lain sebagainya.
























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kelompok sosial adalah sekumpulan menusia yang memiliki kesamaan ciri dan memiliki pola interaksi yang terorganisir secara berulang-ulang, serta memiliki kesadaran kebersamaan akan keanggotaannya. Kalisifikasi kelompok sosial yaitu adanya in-grup atau we-grup dan out-grup atau others grup atau everybodey else. Organisasi sosial dan status individu dalam idenifikasinya dalam kelompok ditentukan oleh kasta dan kelas. Fungsi daripada kelompok sosial bersifat individual dan sosial. Perubahan pada tingkah laku kelompok yang dimanifestasikan dalam folkways pada hakikatnya yang menjadi dinamika kelompok sosial. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial pertama-tama dalam lingkungan keluarga.
B.     Saran
Dalam penyususan makalah ini tidaklah sempurna, tapi semoga isi dari makalah yang berjudul “Kelompok Sosial”, ini dapat memberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih luas bagi para pembaca. Kami berharap khususnya untuk para Dosen dan Mahasiswa bisa menggunakan makalah ini menjadi sebuah revisi dan bisa lebih mengembangkannya mejadi lebih baik lagi.












DAFTAR PUTAKA
Ahmadi, Adi. (1991). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: RINEKA CIPTA

0 komentar:

Posting Komentar