A.
Pengertian Kelompok
Sosial
Ada
beberapa pengertian kelompok sosial menurut para ahli, antara lain:
1. Menurut
Paul B Horton dan Chester L Hunt
kelompok sosial adalah
kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannnya dan saling
berinteraksi.
2. Soerjono
Soekanto
Kelompok sosial adalah
himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya
hubungan antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.
3. Hendropuspito
Kelompok sosial sebagai
suatu kumpulan nyata, teratur dan tetap dari individu-individu yang
melaksanakan peranan-peranannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.
4. Merton
Kelompok sosial adalah
sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah
mapan.
5. Johnson
Kelompok sosial adalah
dua atau lebih orang yang saling berinteraksi dengan cara-cara yang terpola,
dan dikenali sebagai sebuah kelompok oleh mereka sendiri dan oleh orang lain.
6. Muzafer
Sherif
Kelompok sosial adalah
suatu kesatuan sosial yang terdidri dari dua atau lebih individu yang telah
mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara
individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu.
Dari definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial adalah sekumpulan menusia yang
memiliki kesamaan ciri dan memiliki pola interaksi yang terorganisir secara
berulang-ulang, serta memiliki kesadaran kebersamaan akan keanggotaannya.
B.
Klasifikasi Kelompok
Sosial
Ada
beberapa macam cara untuk mengadakan penggolongan-pengolongan atau klasifikasi
kelompok sosial.
1. William
D.Summer mengemukakan adanya in-grup atau we-grup dan out-grup atau others grup
atau everybodey else. Didalam in-grup ada asosisasi ke arah mana tiap individu
anggota kelompok kesetiaan dan solidaritas dan disitulah terdapat usaha
identifikasi pribadi satu sama lain ke arah adanya rasa persahabatan,
bekerjasama, rasa tanggung jawab terutama dalam keadaan mendesak dan gawat.
Dalam in-grup tiap individu mempunyai pola tingkah laku bertindak berpikir
seragam. Secara teknis dapat dikatakan bahwa dalam individu terdapat “we
feeling”. Hal ini terbukti pada ucapan-ucapan “we do this” atau “we belief” dan
sebagainya. Disini timbullah rasa kekamian. Dan sebaliknya pada out-group
disitu terdapatlah pola tingkah laku “their-feeling”. Implikasi dalam
percaturan interaksi sosial hal ini
terjadi dalam hubungan antara in-group yang satu dengan in-group. Individu-individu
in-group yang satu memandang individu-individu in-group yang lain dengan
tendense persaingan dan kebencian, misalnya adanya percakapan, “ach, itukan
kepunyaan mereka, sedangkan ini kami punya”, “kami harus bertindak agar mereka
mati”.
Di dalam percaturan
hubungan politis, adanya golongan-golongan itu adalah merupakan gejala tingkah
laku in group dalam satu golongan dan out group kepada golongan lainnya, adanya
Blok Barat dan Blok Timur dengan satelit-satelit juga merupakan in group tetapi
relasi anara Blok Barat terhadap Blok Timur menimbulkan out group.
2. Cooley
Cooley mempergunakan
dasar “we and the group” dari summer yang mengemukakan adanya jenis-jenis
kelompok sosial primair, sekundair, dan tertier atas dasar intimitas perasaan individu-individu
terhadap individu-individu atau kelompok lainnya.
a. Kelompok
primair atau the primary group, adalah
suatu kelompok yang mempunyai rasa ikatan yang terkuat dalam relasi intra
group. Disini terdapatlah kontrol ide the strongest bonds of intra group
relations. Lebih jauh Cooley menegaskan sebagai berikut: adanya intimate
hubungan langsung antara individu-individu dalam kelompok, adaya intimitas
kerjasama dalam kelompok, dan terutama timbulnya sosialitas manusia dan ide
nya, maka terjadilah fusi individualitasa dalam keseluruhan, sehingga pribadi
individu adalah pribadi kelompok. Didalam kelompok primair itu rasa kekamian
adalah ekspresi yang fundamental dan natural. Contoh studi dalam kelompok
primair ini adalah keluarga, di situ di dalam keluarga terdapatlah persatuan
dan kesatuan, terdapatlah unitas di dalam totalitas relasi yang membentuk
kesatuan dalam pikiran dan tindakan.
Tiap-tiap kemauan menimbulkan rasa responsibilitas dan menjadi dasar kooperasi
dalam melaksanakan segala tugas dalam keluarga.
b. Kelompok
sekundair atau Secundary Group
Pada kelompok sekundair
terdapat hubungan-hubungan yang kausalitas, artinya ada sebab-sebab tertentu
yang menyebabkan terentuknya kelompok sekundair, misalnya adanya ikatan
interst. Walaupun faktor hubungan face to face ada toh tidak intim dengan
kelompok primer sebab pada kelompok sekunder jumlah anggota lebih besar
daripada kelompok primer. Hubungan-hubungan sosial pada kelompok sekunder ini
biasanya mempunyai bentuk organisasi yang tegas, mempunyai peraturan-peraturan
organisasi yang tegas, misalnya adanya status organisasi anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga, tugas dan kewajiban, serta hak para anggota diatur oleh
peraturan-peraturan yang tegas dan mempunyai pimpinan yang teroganisir. Contoh
dari kelompok sekunder ini adalah club-club sosial, asosiasi profesional,
lembaga-lembaga agama, partai politik, organisasi masa, organisasi karya,
kesatuan-kesatuan buruh, dan sebagainya. Sifat permanen dari kelompok sekunder
mengambil bentuk institusional.
c. Kelompok
tersier atau Tertiery Group
Pada kelompok tertier
ini mempunyai kelompok sementara atau insidental. Misalnya orang-orang yang
bersama naik bis, kereta api, nonton film, sepak bola, dan sebagainya. Mungkin
mereka sempat berkenalan satu sama lain tetapi kesempatan berhubungan hanya
pada saat itu, atau pun karena mempunyai interst yang sama dan kuat dapat pula
membentuk kelompok-kelompok yang lebih permanen. Di dalam kelompok tertier ini
tidak ada aturan-aturan yang mengatur hubungan sosial diantara individunya,
sebab apabila sesuatu interst telah terpenuhi, maka mereka akan bubar, misalnya
selesai menonton sepak bola mereka bubar menuju ke tujuannya masing-masing.
Kelompok tertier disebut juga marginal.
3. John.
L. Gillin
John. L. Gillin
membentuk kelompok atas dasar fungsionalnya sebai berikut:
a. Kelompok
persamaan darah (blood group), misalnya keluarga, clan, kasta.
b. Kelompok
berdasarkan karakteristik jasmaniyah atau mental, sama jenis seksnya, sama
umur, dan sama rasnya.
c. Kelompok
proximitas: crowds, mobs, communitu, kelompok-kelompok teritoral.
d. Kelompok
berdasarkan interest kulturil: congenialitas, ekonomi, teknologi, agama,
asthetik, intelektuil, pendidikan, politik, rekreasi, dan sebagainya.
4. Alverdes
Alverdes menyelidiki
pada kelompok-kelompok hewan (e. G semut) terdapatlah kelompok tertutup dan
kelompok terbuka. Pada kelompok tertutup mempunyai ikatan-ikatan hubungan yang
kuat, sedangkan pada kelompok terbuka individu-individu dengan mudah dapat
keluar dan masuk kelompok.
5. Theori
Medan
Theori medan membagi kelompok-kelompok
itu atas struktur medannya.
a. Kelompok
dengan struktur medan yang kuat, dimana setiap individu anggota kelompok merasa
mempunyai medan sosial yang kuat dan permanen. Misalnya keluarga, partai
politik, dan sebaginya.
b. Kelompok
permiabel, pada kelompok-kelompok tertier menurut Cooley. Pada kelompok
permiabel batas medannya tipis sehingga mudah bagi anggota kelompok untuk
keluar atau masuk dalam kelompok. Sebaliknya pada kelompok dengan medan kuat,
cara-cara masuk dan keluar dari kelompok ditentukan dengan syarat-syarat
tertentu.
C. Relasi-relasi
Intergrup
Organisasi
sosial dan status individu dalam idenifikasinya dalam kelompok ditentukan oleh
kasta dan kelas. Hal tersebut menentukan relasi-relasi dalam kelompok, yaitu
relasi dalam kasta dan dalam kelas. Selain itu, cara memahami relasi inter
group atau hubungan inter kelompok yaitu dengan cara apa yang dinamakan dengan
jarak sosial dan ethnosentrisme. Jarak sosial ada dua macam, yaitu jarak sosial
vertikal dan jarak sosial horizontal.
1. Jarak
sosial vertikal, adanya rasa perbedaan antara individu dan kelompok yang
didasarkan atas status. Di dalam sistem kasta status diformulasikan dengan tegas, demikian juga
dalam bidang militer, sedangkan yang masih terdapat rasa perbedaan status
misalnya hubungan buruh dan majikan pada industri-industri dan
perusahaan-perusahaan, adanya kelas-kelas dalam persekolahan, dan sebagainya.
2. Jarak
sosial horizontal, didasarkan atas sikap intimitas atau taraf rasa kekamian,
rasa pekat atau rasa erat keanggotaan kelompok. Jarak sosial horizontal
terdapat pada pribadi seseorang atau bersifat sosial. Luas jarak sosial
horizontal yaitu sikap individu kepada individu, atau kelompok lain dan hal ini
selalu berubah.
Adanya jarak sosial disebabkan oleh
pertimbangan dan keputusan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh kebiasaan
tradisionil dan prasangka.
Ethnosentrisme
menganggap bahwa kelompok atau masyarakat atau ras yang satu lebih tinggi dari
pada kelompok, masyarakat, dan ras yang lain. Bentuk lain dari pada
ethnosentrisme yang lebih lunak ialah chauvinisme. Dalam perkembangan
konseptualnya dipakai kata-kata: “orang terpilih”, “raja yang suci”, “darah
yang murni” adalah istilah-istilah yang menunjukkan extrimitas ethnosentrisme.
D.
Fungsi Kelompok Sosial
Fungsi
daripada kelompok sosial bersifat individual dan sosial. Fungsi individual
adalah dimana dalam taraf-taraf tertentu memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu.
Individu-individu melalui kelompok dapat memiliki pengetahuan yang esensial,
kecakapan, sikap yang sesuai dengan pengalaman pendewasaannya dalam kelompok
yang lebih luas. Fungsi sosial yaitu menganalisi tempat dan peranan kelompok
dalam kehidupan manusia. Folkways merupakan fenomena masa, berlangsung terus,
berubah, dikatakan sebagai unsur pola sosial yang bersifat “super organis”, dan
kemudian dibidang psikologi sosial disebut “group mind”. Folkways sifatnya
spontan dan tidak dikoordinasikan serta tidak rasional. Misalnya, pada bangsa
Indonesia suku Jawa melarang anak-anak duduk didepan pintu diwaktu senja.
E. Dinamika
Kelompok Sosial
Perubahan
pada tingkah laku kelompok yang dimanifestasikan dalam folkways pada hakikatnya
yang menjadi dinamika kelompok sosial. Perubahan-perubahan didalam pola tingkah
laku masyarakat tidak selalu berjalan lancar, tetapi seringkali terdapat
hambatan-hambatan. Kelompok selalu tunduk pada dua tipe kekuatan yang
berlawanan. Pertama ialah kekuatan atau sentripetal yang berusaha pada
kelangsungan kelompok, dan menentang perubahan. Kekuatan sentripetal ini lebih
didominasi oleh golongan yang lebih tua. Kekuatan sentripetal ini, membatasi
hubungan dengan kelompok lain diluarnya. Kedua, kekuatan sentripugal yang
bermaksud merusak kesatuan dalam, we-feeling dan menghasilkan perubahan atau
pelepasan anggota.
Kelompok
dapat menyikat anggota-anggotanya bila individu-individu dalam kelompok merasa
terpenuhi tujuannya dan sebaliknya kelompok akan kehilangan anggotanya bila
individu-individu tak puas terhadap usaha-usaah kelompok yang gagal atau
berlarut-larut.
F. Peranan
Keluarga Terhadap Perkembangan
Keluarga
merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak, atau dapat
dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial pertama-tama dalam
lingkungan keluarga. Adanya interaksi antar keluarga yang satu dengan yang lain
menyebabkan seorang anak menyadari bahwa dirinya berfungsi sebagai individu dan
makhluk sosial. Sebagai individu dia harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya
demi kelangsungan hidupnya di dunia ini. Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan
diri dengan kehidupan bersama yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat
istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Adapun
faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak itu dikemukakan oleh
para ahli sebagai berikut:
1. Status
sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi
keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak, misalnya keluarga
yang perekonomiannya cukup menyebabkan lingkungan materiil yang dihadapi oleh
anak didalam keluarga lebih luas, sehingga ia dapat kesempatan yang lebih luas
didalam mengenal macam-macam kecakapan, yang mana kecakapan tersebut tidak
mungkin dikembangkan apabila tidak ada alatnya.
2. Faktor
keutuhan keluarga
Yang dimaksud dengan
faktor keutuhan keluarga itu terutama ditekankan pada strukturnya yaitu
keluarga yang masih lengkap, ada ayah, ibu, dan anak. Disamping keutuhan
keluarga yang berbentuk struktur-struktur tersebut yang diperlukan pula ialah
keutuhan interaksi hubungan antara anggota satu dengan anggota keluarga yang
lain.
3. Sikap
dan kebiasaan-kebiasaan orang tua
Sikap dan kebiasaan-kebiassan
orang tua akan menjadi sikap dan kebiasaan yang dimiliki anak. Misalnya orang
tua yang selalu bersikap otoriter yaitu memaksakan kehendak kepada anak mereka,
maka anak akan berkembang manjadi manusia pasif, tak berinisiatif, kurang percaya
pada diri sendiri, bersifat ragu-ragu, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelompok sosial
adalah sekumpulan menusia yang memiliki kesamaan ciri dan memiliki pola
interaksi yang terorganisir secara berulang-ulang, serta memiliki kesadaran
kebersamaan akan keanggotaannya. Kalisifikasi kelompok sosial yaitu adanya
in-grup atau we-grup dan out-grup atau others grup atau everybodey else. Organisasi
sosial dan status individu dalam idenifikasinya dalam kelompok ditentukan oleh
kasta dan kelas. Fungsi daripada kelompok sosial bersifat individual dan
sosial. Perubahan pada tingkah laku kelompok yang dimanifestasikan dalam
folkways pada hakikatnya yang menjadi dinamika kelompok sosial. Keluarga
merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak, atau dapat
dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial pertama-tama dalam
lingkungan keluarga.
B.
Saran
Dalam penyususan makalah ini tidaklah sempurna, tapi semoga isi
dari makalah yang berjudul “Kelompok Sosial”, ini dapat memberikan pengetahuan
serta wawasan yang lebih luas bagi para pembaca. Kami berharap khususnya untuk
para Dosen dan Mahasiswa bisa menggunakan makalah ini menjadi sebuah revisi dan
bisa lebih mengembangkannya mejadi lebih baik lagi.
DAFTAR
PUTAKA
Ahmadi, Adi. (1991). Sosiologi
Pendidikan. Jakarta: RINEKA CIPTA
0 komentar:
Posting Komentar